Di Balik Kemenangan Airin di Pilkada Kota Tangsel
BANTENPERSPEKTIF-TANGERANG
SELATAN-Sebagian besar publik di luar Kota Tangerang Selatan, Banten,
pasti menduga kalau kemenangan Airin Rachmi Diany adalah karena soal
fulus semata. Namun setelah digali ternyata penentunya bukan faktor
amunisi semata, namun ada hal lain yaitu personal branding yang didesain
oleh tim sukses Airin.
Kalau
melihat faktor fulus jelas harta Airin berkurang jika dibandingkan
dengan masa Pilkada sebelumnya. Dalam catatan resmi yang diumumkan oleh
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dalam Laporan Harta
Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) 10 calon kepala daerah dan calon wakil
kepala daerah se-Banten. Airin Rachmi Diany (Calon Wali Kota Tangsel)
sesuai dengan laporan terakhir tertanggal 23 Juli 2015 memiliki kekayaan
senilai Rp 84,005
miliar.
Jumlah harta kekayaan tersebut menurun setelah suaminya
Tb Chairi Wardana tersangkut tindak pidana korupsi. Sebelumnya,
berdasarkan LHKPN pertanggal 24 Agustus 2010, Airin mempunyai kekayaan
Rp103 miliar. Kondisi Airin juga sedang dalam terpaan yang begitu hebat,
dimana Tb Chairi Wardana, sang suami masih dalam penjara karena
tersangkut pidana. Sementara kaka ipar yang tak lain adalah mantan
Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah juga sedang dipenjara.
Lalu
apa yang menyebabkan Airin masih unggul di tengah kondisi seperti itu?
Jawabannya adalah personal branding Airin. Airin didesain sebagai wanita
dari keturunan baik-baik, Airin adalah korban, Airin adalah sosok ibu
yang perlu mendapat simpati dan iba karena tabah di tengah terpaan yang
begitu hebat. Semakin ada pihak yang menyerang Airin maka sesungguhnya
itu yang menjadi "harapan" karena akan semakin menumbuhkan rasa simpatik
terhadap Airin.
Selain itu, personality
Airin secara fisik juga mendukung. Airin cantik, bertutur lemah lembut
dan lebih tenang ketika menghadapi berbagai terpaan. Hal ini wajar
mengingat Airin adalah mantan finalis Puteri Indonesia, dimana biasanya
pada proses karantina para finalis dididik tentang etika, atitued dan
keterampilan keperibadian lainnya.
Airin
tak pernah menyerang lawannya yang melakukan serangan bertubi-tubi, ia
dan dibantu tim justru terkesan mengharapkan hal itu karena peluru itu justru
yang sebetulnya bisa menjadi senjata makan tuan bagi orang yang
meluncurkan peluru tersebut. Jika dikaitkan dengan aspek psikologi
pemilih Indonesia, fenomena ini terjadi berulang-ulang kali.
Masih
ingat dengan SBY yang ketika itu dibranding sebagai tentara ganteng
yang layak mendapat simpatik karena "diusir" dari Megawati? atau
teranyar Jokowi yang dikesankan mendapat serangan, seperti keturunan
China, beragama non Islam dan lainnya. Namun lagi-lagi itu justru yang
kemudian dikelola oleh tim dan menjadi peluang untuk mendapatkan simpati
dari pemilih.
Strategi
marketing seperti ini sebetulnya sudah sering dilakukan oleh produk
komersial. Jika Anda pernah membaca kisah salah satu produk yang
mendapat protes dan keluhan dari seorang customer, karena dinilai tidak
sesuai dengan spesifikasi.
Sang konsumen menuliskan kisah buruknya ke
relasinya sehingga pihak manajemen mendengar hal itu. Apa yang dilakukan
perusahaan? hebatnya perusahaan ini bukan mencaci apalagi mengadukan
konsumen tersebut, tapi justru mengundang konsumen komplain dan
diberikan ganti produknya yang lebih bagus.
Apa
yang terjadi? sang konsumen melakukan kampanye yang lebih dahsyat
perihal pelayanan yang memuaskan oleh perusahaan. Dampaknya perusahaan
tersebut mendapat likes dari publik dan produknya pun mendapat
kepercayaan yang lebih dari sebelum ada peristiwa tersebut.
Penulis: Karnoto
CEO BANTEN FAMILY GROUP
0 komentar